Friday, June 15, 2007

HP-ku di mana??

sebuah kejadian yang sebelumnya tidak terduga, sangat tidak diduga. Di sebuah pagi yang masih buta, ketika dua telepon genggam itu sedang memakan energi listrik, dan sang pemilik sedang meninggalkan tempat, sepasang tangan dengan cekatan memindahkan telepon genggam itu dari balik jendela ke balik bajunya... dan lalu lari keluar melewati batas berkawat........

gubrakkkkkkkk, greeengg, ngeeenggggg, suara motor menderu.. sang pemilik telepon genggam, curiga, dan keluar... siapa mereka, kenapa dan ada apa sebenarnya...???? tak terjawab....

pagi itu, ketika bliau akan mengantarkan para ABG2nya, ada jejak kaki jelas terlihat di pinggir batas berkawat... tuingggg, jejak siapa????
tukang kebun, berkata tidak, siapa lagi di rumah itu yang biasa loncat-loncat selain tukang kebun???

setelah diusut-usut, ditarik-tarik, dan disimpulkan dengan manis, agar suatu saat bisa dikulum, dan karena ada barang yang hilang, maka... suara di pagi buta itu adalah suara "MALING!!!, alias PENCURI"

ko bisa???? padahal sebelum meninggalkan ruang kerjanya, bliau sudah keluar rumah, melihat keadaan sekeliling, dan aman... tapi tiba2, secepat itu mereka bergerak, ya ada dua orang yang bergerak dengan sangat lincah...

tapi tenang aja pembaca... bliau sudah ikhlas dan sekarang lihatlah, sudah ada dua telepon genggam lagi dalam sakunya, banyak pelajaran yang bisa didapat dari kejadian dramatis yang sesaat itu...

Wednesday, January 10, 2007

Keelokan di Depan Mata

Sejak kemarin dua gunung itu terlihat sangat eloknya. Ketika sore bersemi mendekati sang fajar bersembunyi, cahayanya menyinari salah satu ciptaan Allah itu dengan sangat eloknya. Dan pagi tadi, ketika kembali kupandang ke arah dia berada, jelas tergambar sosok penuh pesona, gagah menjaga negeriku.


Tak sabar untuk meraihnya dalam kedipan mata, kupercepat laju 125D untuk mendekatinya. Sepanjang jalan tak henti-hentinya dia menyapaku dengan semburat hijau dan lekuk molek tubuhnya. Ah, betapa cantik dia dalam siraman cahaya mentari pagi…Namun, kecantikan itu menyimpan sejuta kehawatiran ketika dia sedang memendam amarahnya…


Ketika laju 125D ku mendekati pojok berhadiah, dan kucari sosoknya di depanku, pandangan mataku terhalangi oleh sekelompok pemuda yang sedang menenteng helm, sebuah ilustrasi sosok macho yang selesai menerbangkan si burung besi. Ahhh… ternyata salah satu iklan milik Dji Sam Soe Filter. Bentuk persegi papan itu sangat besar, sehingga, keelokan yang selalu kucari-cari tertutup dengan sangat sempurna.


Dji Sam Soe Filter………

Belum bisa meraba keindahan alam dan padu padannya dengan pajangan di tengah jalan itu...

Akankah kegagahannya selalu tertutupi??

Menghargai Sebuah Keberadaan

Orang akan merasa nyaman ketika keberadaannnya diakui, ketika idenya diperhatikan (walaupun enggak dilaksanakan… hehehe, tp cukuplah perhatian)..


tapi ko yang terjadi ni, skrg ini, waduh-waduh, jgnnya memperhatikan, melihat dengan sebelah mata terhadap keberadaan kami-kami ini pun enggak dilakukan (mang kami makhluk apa coba..??)


 


Ketika gaung atas nama kebersamaan telah ditetapkan, tak ada lagi celah kompromi yang bisa sedikit diintip untuk sedikit mendapatkan cahaya. Macam mana pula ada menghargai hak dan kewajiban, jauhhh….


 


Dan bukan bermaksud untuk membombastiskan keadaan yang emang dah keruh, tapi sepertinya, gerakan bawah tanah telah dihimpun untuk melawan arus kebersamaan semu yang diciptakan dengan naungan kekuasaan!!! Kekuasaan yang hanya dipinjamkan sesaat oleh Sang Pembuat Hidup… harusnya mereka mengerti bahwa dia dan kami adalah sama-sama makhluk-Nya… heran deh


 


Hem, tapi emang sih, dalam hati itu ada dua perkara besar, keimanan dan kekafiran. Kapan yang satu menang dan yang satu kalah, begitu sebaliknya, itu yang akan nampak. Tapi, sungguh, manusia itu makhluk yang akan selalu diuji!!!


 


Dan ujian dia sebagai seorang pemegang kekuasaan sesaat adalah tetap membumi dengan segala konsekuensi yang seharusnya dia sudah tau… enggak banyak sih tuntutan dari kami…


 


Apakah kami bukan manusia yang patut untuk dihargai???,


 

Itu aja deh untuk saat ini… dan jangan biarkan kami merasa tidak percaya dengan pemimpin kami sendiri….

Friday, December 22, 2006

Sang Guru


Terawal dari sebuah judul buku, Sang Guru, yang di dalamnya bertutur tentang Berguru pada Anak. Bagaimana seorang anak akan menyajikan bentukan-bentukan energi dahsyat cerminan perilaku lingkungan, didikan orang-orang di sekitarnya. Dia terilhami perilaku orang-orang dewasa yang kadangkala mementingkan keagungan dirinya. Bagaimana seorang anak dari sebuah kesucian berubah menjadi racun yang sangat menyesakkan. Ketika torehan tinta di atas selembar kertas kosong itu benar maka berjalanlah dia dengan sangat eloknya. Namun ketika sulaman keindahan itu harus terbelokkan dengan paksa, dia akan berubah menjadi sosok yang angkuh.

Dan sekarang gadis kecilku, sedikit demi sedikit beranjak kearah kedewasaan seorang anak di usianya. Betapa dia membawa ilham yang seringkali terkoyak oleh emosi sesaat Bundanya, betapa dia membawa kesejukan di kala gersang. Kegesitannya mengolah polah tingkah pribadi-pribadi dewasa membawa pada kesadaran dia menjadi cermin bagi pribadi-pribadi angkuh. Keegoisannya membawa kesadaran akan tema besar lingkungannya.


Gadis kecilku, membawa ingatan pada suatu kesibukan menjadi sosok yang benar akan ide dan pendapat. Gadis kecilku, menyertakan imaginasi seorang anak akan orang dewasa. Gadis kecilku pun tak mau kalah dalam helatan akbar perjumpaan dengan Rabb nya. Menyanjung namaNya, menyebutNya, menengadahkan tangan untuk meminta padaNya...

Ah, dia, gadis kecilku, sosok elok yang kukagumi, maafkan Bunda yang kadangkala mengabaikan dukamu, maafkan Bunda yang kadangkala melalaikanmu... Semoga engkau tumbuh menjadi sosok sholihah yang dapat meringankan jalan Bundamu menemui sang Penguasa....



Sang Guru : Peta Ringkas Hubungan Guru-Murid di Pelbagai Tradisi, diterbitkan oleh Ekspresi Buku, Yogyakarta.

Monday, December 4, 2006

Anak Belajar dari Kehidupan...

jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar membenci
jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
jika anak dibesarkan dengan rasa iri, ia belajar kedengkian
jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar rasa percaya diri
jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
jika anak dibesarkan dengan keadilan, ia belajar rasa aman
jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia menaruh kepercayaan
jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
jika anak dibesarkan dengan keramahan, ia meyakini "sungguh indah dunia ini"


Di manakah kita telah meletakkan tunas-tunas muda itu?
Apakah tempat bagi mereka sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya?

Masa kanak-kanak merupakan masa penanaman dasar kepribadian yang akan terbangun untuk sepanjang usianya. Tidak ada pengalaman anak yang hilang, melainkan hanya tertutupi....


Hibana S. Rahman dalam Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, diterbitkan th. 2002 oleh PGTKI Press Yogyakarta

Tak Hanya Kemenangan

Terinspirasi sebuah judul buku, hasil sebuah pengalaman, pengamatan dari seorang sindhunata, Air Mata Bola. Pun sekarang tak hanya seorang ibu yang menyaksikan anaknya terbaring tak berdaya yang bisa mengeluarkan air mata. Bola bundar, bola sepak yang bisa membangkitkan gairah, dapat pula mengeluarkan air mata.

Bola sepak, bisa dengan serta merta membangkitkan kreativitas tak terhingga anak manusia. Kesatuan, pengolahan, gerakan tubuh, pikiran seolah-olah menjadi satu untuk menciptakan sebuah tontonan. Bukan seorang yang bodoh yang dapat menyatakan diri, dan menunjukkan kreativitasnya. Bola sepak membutuhkan pribadi-pribadi tangguh yang mengerti bagaimana memainkan peran dengan apik dan cemerlang.

Bola sepak pun tiba-tiba menjadi sebuah acuan hidup sebagian anak manusia. Seakan tak mau ketinggalan dengan hiruk pikuk sebuah pengakuan atas keberhasilan menciptakan sebuah kemenangan. Kemenangan yang akan membawanya pada pemujaan sebagai seorang idola, kemenangan yang akan membawanya pada sebuah nilai jual. Padahal dibalik itu, tak hanya kemenangan yang diperjuangan namun ada nilai persahabatan dan solidaritas. Nilai yang tak kan bisa dinilai dengan seribu kali kemenangan sekali pun. Tak hanya zidane atau materazzi, yang sempat tergoda untuk melakukan sedikit torehan sejarah pada sebuah tontonan bola sepak. Masih banyak zidane-zidane lain dan materazzi-materazzi lain. Bola sepak menangis karena sebuah sportifitas telah teraniaya oleh kelakuan anak manusia.



Air Mata Bola, karya Sindhunata, diterbitkan oleh penerbit Buku Kompas th. 2002.